Tuesday, August 18, 2009

Idealis vs Realistis

Akhir-akhir ini topik itu sering sekali kudengar, dan jujur saja, membuatku gerah.

Berapa kali teman-teman mendengar atau bahkan mengucapkan kalimat, "Sudahlah, kita harus realistis, jangan terlalu idealis!"?

Hm, apa sih idealis itu? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, idealis artinya 'orang yang bercita-cita tinggi atau orang yang menyukai hal-hal yang ideal"

So, menjadi orang yang idealis seharusnya positif. Tapi kenyataannya, sekarang ini cap idealis untuk seseorang sering dikonotasikan negatif. Orang yang idealis cenderung dianggap muluk-muluk, bahkan sok suci.

Well, kalau kita mau bangun rumah seperti impian (ide) kita, so perfect seperti istana, ada kolam renang, CCTV untuk keamanan, alarm pencuri, dsb...lalu ternyata kita hanya punya uang 500juta, padahal total dana yang dibutuhkan 1 M, maka kita memang harus realistis. Jangan muluk-muluk, ada rencana-rencana yang harus dihapus, ada budget yang harus ditekan. TAPI, kalau ternyata perusahaan kita ternyata tidak memenuhi persyaratan pemerintah, lalu pimpinan sepakat mengganti beberapa data, supaya kita terlihat memenuhi syarat, itu namanya MENIPU, bukan realistis. Celakanya, kalau ada orang dalam perusahaan yang menolak melakukan itu, orang itu akan dicap idealis, dan diberi nasihat supaya lebih realistis!Jadi, dunia ini sudah terbalik!

Ironisnya, kenyataan perang antara idealisme & realita justru banyak ditemukan di komunitas Kristen.Lalu sekarang aku jadi bingung...Ini sama dengan ironi yang memprihatinkan waktu kita tahu ada hakim/jaksa yang terlibat kasus suap. Kita akan bilang, "Mau jadi apa bangsa ini kalau penjaga gawang terakhir dari hukum justru menjadi pelanggar hukum?" Nah, sekarang: mau jadi apa dunia ini, kalau orang Kristen yang harusnya jadi garam&terang, ternyata ikut larut dalam intrik-intrik dunia?Wah, saya tidak sedang membawa Anda untuk hidup di awang-awang lho! Nggak berarti orang Kristen itu anti dan terpisah dari dunia. Justru garam itu harus masuk dan larut, tapi memberi rasa! Menjadi idealis bukan berarti harus hidup di luar realita. Tapi menjadi realistis juga bukan berarti hidup ikut arus!

Tuhan sendiri tentu adalah pribadi yang paling idealis, tapi Dia juga masuk ke dalam realita! Kalau Tuhan hanya menjadi idealis, Kristus nggak perlu datang ke dunia dan berkorban di kayu salib. Sebaliknya, kalau Tuhan hanya realistis, maka manusia sah-sah saja berbuat dosa terus.

Kasih (dalam konteks ini mungkin kuberi nama 'realita') dan keadilan (idealisme) harus berjalan beriringan, bukan bertentangan.

Memang, nggak mudah menjadi idealis di tengah dunia yang terbalik ini. Tuhan bilang, kita perlu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Mengungkapkan idealisme dengan motivasi kasih. Memang harus ada yang dikorbankan: dicap sok suci, dijauhi teman, bahkan mungkin dipecat dari pekerjaan. Tapi, kalau untuk meraih sesuatu di dunia saja kita rela berkorban, tentu untuk mahkota Kerajaan Allah kita lebih rela kan? Selamat berjuang! God strengthen you..

1 comment:

Anonymous said...

wahahahahaha memang membingungkan dan sangat susah waktu memilih mana yang harus realistis dan idealis...karena kadang disaat bersamaan itu nggak bisa dan bisa juga di pake..haiz...komen opo toh aku iki