Hal pertama yang ingin ditulis tentu saja permintaan maaf karena sudah cukup lama menghilang (sebulan lebih hehehe....). Maklum, otak lagi dipenuhi berbagai huru-hara. Bulan lalu musim PRS (pendaftaran rencana studi), trus masa kuliah udah mulai aktif...then, disusul segala keruwetan plus keasyikan ngurusi Journalism Clinic. Jadilah blog ini merana karena ditinggal dengan sengaja oleh pemiliknya.
Nah, sekarang masuk ke topik utama! Tentunya teman-teman sudah tidak asing dengan pemandangan di jalan-jalan beberapa bulan terakhir ini. Yup! Spanduk, poster, dan stiker yang berjejer (tanpa aturan) di sepanjang jalan raya. Terpampang wajah-wajah tak dikenal, dengan lambang partai, nomor pilih, dan slogan-slogan yang terkesan menjanjikan. Tapi jujur saja, sampai sekarang...ketika Pemilu Legislatif sudah di depan mata (tiga minggu lagi!), saya masih tak bisa mengingat nama caleg, partai, dan nomornya. Saya jadi bingung, mau milih siapa tanggal 9 April nanti? Bukannya saya nggak mau milih. Saya mau menggunakan hak suara saya. Tapi gimana mau milih, kalau calonnya saja saya tak ingat. Dan bukannya saya tak mau mengingat, cuman memang nggak bisa ingat!!! Di mana-mana wajah-wajah asing terpampang. Dari mana asalnya kita juga tak tahu. Yang bisa dibaca hanyalah pengakuan dan slogan mereka di spanduk atau poster. Itupun tak bisa dijamin kebenarannya kan? Ada yang mengaku asli daerah A, padahal orang-orang daerah A sama sekali tidak merasa mengenal si caleg. Yang paling konyol, minggu lalu aku sempat dengerin Suara Surabaya. Ternyata, untuk menentukan siapa jadi caleg dapil (daerah pilih) mana itu tergantung: UNDIAN!!! Gosh!! Glegarrrr (pinjem istilahnya J).
Nah, sekarang balik lagi ke jumlah caleg yang tak terhitung (karena males ngitung). Kalau yang masih muda dan sehat seperti saya saja tidak bisa mengingat, apalagi warga negara yang udah sepuh?? Mana bisa mereka menjalankan hak pilihnya dengan baik? Partainya segudang (kayaknya Indonesia adalah negara dengan parpol terbanyak sedunia - belum ngecek data sih), calegnya selaut...Gimana milihnya??
Atau...jangan-jangan...memang ada konspirasi tersembunyi yang sengaja membuat warganya banyak yang golput??? Hmm....(garuk-garuk...mikir...)...
Done Giving A
6 years ago
1 comment:
kalo bingung ya ga usah milih!
hahahaaaa..
kita kan berhak milih, bukan WAJIB..
hohohoho...
*satanism mode on*
hahahaaa..
lagian, kalau mengutip kata Papa saya "halah, mereka ini kalau lagi gini bilangnya untuk rakyat, untuk rakyat, nanti kalau udah jadi (kepilih), ya untuk kepentingannya sendiri! cari duit!" biar balik modal... weeekkk,,,, yah, at least BEP lah..
huakahakhakhakhakhaaaa....
or, kalo nggak, ya milih yang kenal aja lah, miss..
huahahahahaaaaa....
kalo saya sih kalo caleg males miss..kalo capres masih tertarik..
lagian miss, coba dipikir-pikir lagi....
tiap partai ada di tiap dapil, and tiap partai di tiap dapil calegnya ada belasan, and tiap caleg harus memenuhi kuota sekian persen untuk kepilih,,, byuh byuh byuh,,,,
itu tuh yang namanya ketumbar kemiri jahe!
hyueheheheheheheeeee....
kira2 berapa banyak orang stress bertambah pasca pemilu caleg ini?
hayooooooooooooooooooooooooooo....
hahahhaaaaaaaa....
*kampret mode on*
Post a Comment