Monday, November 23, 2009

Skripsi dan Kesetiaan Tuhan

"Miss, udah tidur ya? Kangen bimbingan Miss..^^"

Aku tersenyum membaca sms itu. Pengirimnya adalah salah satu mahasiswa skripsi yang kubimbing semester ini.

Kangen bimbingan?? Humm...mungkin banyak orang yang heran membaca pernyataan itu. Kebanyakan mahasiswa akan menghembuskan nafas lega ketika dosen pembimbingnya membubuhkan tanda tangan di lembar pengesahan skripsi mereka. Penderitaan dan sengsara berakhir sudah..skripsi sudah beres. Tapi proses bimbingan dengan beberapa mahasiswaku semester ini memang sungguh unik, dan akhirnya aku harus mengaku: aku pun merindukan masa-masa bimbingan itu!

Minggu lalu adalah minggu terakhir pengerjaan skripsi. Tanggal 20 November adalah batas akhir pengumpulan skripsi dalam semester ini. Yang tidak mengumpulkan tanggal 20 Nov, otomatis harus menunggu sampai semester depan lagi. Semester ini, semua mahasiswa bimbinganku menargetkan diri untuk menyelesaikan skripsi dalam semester ini. So, bisa dibayangkan...minggu lalu adalah minggu paling hectic dalam sejarah kerjaku di UK Petra (lebay nggak ya? hehehe...)

Dari tujuh mahasiswa yang aku bimbing, tiga di antaranya adalah penghuni (bukan lagi pengunjung!) tetap ruanganku selama seminggu kemarin. Aaah...ruanganku tidak lagi layak disebut kantor, tapi lebih cocok dijadikan area camping! Bagaimana tidak? Mereka membawa laptop masing-masing, seabreg buku, segudang makanan (mulai dari makanan ringan, sampai makanan berat), dan menggondol printer serta kabel olor dari rumah! Mau tahu berapa lama mereka ngendon di ruanganku? Sejak pukul 08.00-20.30!! Automatically, keberadaan mereka di ruanganku sekaligus memecahkan rekor jam kerjaku di Petra hahahaha....

Setiap hari bersama mereka, membuatku melihat dan mengenal mereka lebih dalam. Mengamati tingkah laku mereka, dari yang normal hingga yang ajaib! Selama seminggu itu, kami melakukan semuanya bersama. Berjuang bersama, stres bersama, makan bersama, menggila bersama! Sungguh, momen-momen yang tak terlupakan. Kebersamaan yang menciptakan keakraban dan kehangatan. Ketika tanggal 20 November tiba, dan tanda tangan telah kububuhkan, kami semua lega bersama.

Semua berkas skripsi sudah dikumpulkan, penat dan ketegangan sirna sudah. Mereka tinggal menunggu masa sidang...Sekarang semua boleh bernafas lega...Tapi, ada seberkas rasa rindu dan kehilangan yang tertinggal. Memang ruanganku sekarang jadi lebih sepi dan rapi. Tapi aku merindukan kebersamaan bersama mereka. Sebulan yang lalu, aku sempat mengeluh. Kupikir, bimbingan skripsiku semester ini sangatlah berat. Tantangannya begitu besar. Tapi sekarang, aku justru merasa bimbingan skripsiku semester ini sangatlah luar biasa, unforgettable!!

Yang pasti, melalui masa-masa bimbingan skripsi itu, aku diteguhkan akan satu hal: hidup manusia tidak pernah lepas dari proses. Tidak ada yang instan, yang ada pergumulan. Dan lewat pergumulan itulah Tuhan bekerja. Aku yakin, tidak ada satupun mahasiswa yang tidak berdoa untuk skripsi mereka. Aku yakin, setiap malam mereka tak pernah lepas mengucap doa kepada Tuhan. Tapi, apakah esok paginya wuuuuzzz....mereka langsung melihat tujuh rangkap berkas skripsi yang sudah selesai dan terjilid rapi? Tidak kan? Mereka berdoa, tapi Tuhan seolah 'membiarkan' mereka stres, 'membiarkan' mereka menangis, 'membiarkan' mereka jatuh sakit, 'membiarkan' printer ngadat, 'membiarkan' otak blank sehingga tak ada ide, 'membiarkan' dosen pembimbing sulit ditemui. Aaaah...Tuhan seolah 'membiarkan' semua tantangan dan kesulitan datang silih berganti. Apakah itu artinya Tuhan tidak menjawab doa mereka?

Aku yakin Tuhan mendengar setiap doa mereka, dan Ia menjawabnya melalui sebuah proses pergumulan. Proses itu panjang dan berliku. Ada air mata, tapi ada persahabatan. Ada rasa frustrasi, tapi ada penyerahan diri total kepada Tuhan. Tuhan membentuk setiap mahasiswa menjadi pribadi yang tekun, setia, dan setia kawan. Semua berjuang, berusaha menyelesaikan sampai garis akhir. Kalau ada teman yang putus asa, teman yang lain memberi semangat. Semua itu mungkin tak akan pernah muncul, tanpa ada pergumulan berat seperti skripsi.

Aku teringat lagu yang selalu dinyanyikan salah satu mahasiswa bimbinganku:
Tuhan Yesus setia, Dia sahabat kita
Dalam sgala susahku, selalu menghiburku
Dia mengerti bahasa tetesan air mata
Walau badai mengamuk, dan gelombang menerjang
Tuhan Yesus setia...

Apakah kesetiaan Tuhan hanya terbukti saat kita mencapai keberhasilan? Menurutku, kesetiaan Tuhan justru terbukti pada saat kita melewati proses panjang dan berliku.

So friends, setiap kali melewati tantangan atau pergumulan, jangan terburu-buru menganggap Tuhan tidak mendengar doa kalian. Tuhan tidak ingin kalian menjadi manusia serba instan. Tapi percayalah, Tuhan sedang memproses kalian, dan Ia setia menyertai kalian dalam proses itu.

Gbu all ^^

Monday, November 16, 2009

Secuil doaku

Kuberserah kepada Allahku,
di darat pun di laut menderu
Tiap detik tak berhenti,
Bapa Surgawi trus menjagaku

Reff:
Ku tahu benar, ku dipegang erat
Di gunung tinggi dan samudera
Di taufan glap, ku didekap
Bapa Surgawi trus menjagaku

Mawar di taman dihiasi-NYA, elang di langitpun dipimpin-NYA
Dia tentu besertaku, Bapa Surgawi trus menjagaku

Back to Reff

Meski berjalan di lembah gelap,
gembala baik membimbingku tetap
Ku dihentar dan tak gentar,
Bapa Surgawi t'rus menjagaku

Back to Reff

Tuhan, aku berserah kepadaMu...