Friday, October 8, 2010

Kapan mentari muncul kembali?

Akhir-akhir ini cuaca di Surabaya sungguh aneh...
Siang hari, panasnya terik bukan main!
Sebentar saja berada di luar ruangan, bulir keringat siap mengalir.
Tapi, lewat tengah hari langit langsung berubah 180°!
Seperti siang ini..
Langit tampak begitu pekat, angin mulai bertiup membawa udara dingin,
dan makhluk Surabaya tinggal menunggu air ditumpahkan dari langit.

Suasana hatiku pun tak jauh beda dengan cuaca
Kadang aku merasa sangat bahagia,
lalu tiba-tiba entah angin dari mana meniup jauh-jauh rasa itu.
Tawa berganti air mata, senyum berganti keresahan...

Aku suka cuaca mendung, dingin dan romantis...
Tapi untuk hatiku, kuharap mentari segera bersinar kembali!

Thursday, September 23, 2010

Just a feeling




Aku suka menatap keluar jendela...
saat langit sedang mendung,
saat hujan turun rintik-rintik,
saat angin menggoyangkan dedaunan...
Aku suka,
tapi kenapa ada perasaan sedih yang menyelip?
Pemandangan ini seakan menyeretku pada  sejuta kenangan
Kenangan indah dan sedih
Aaah...

Friday, July 30, 2010

and i feel sooo...


l.o.n.e.l.y. and t.i.r.e.d.



Siapa ban serepmu?

Akhir-akhir ini aku merasa menjadi ban serep. Orang-orang baru mengingat dan menyerbuku membawa segudang masalah, mulai dari yang ringan sampai yang sudah kronis. Waktu mereka dalam keadaan baik-baik saja, aman tentram sejahtera, namaku mungkin terselip di kolong mobil. Sekarang, saat mobil tak bisa bergerak karena salah satu bannya bocor, barulah aku diingat, diambil, dan dipasang.

Sedih juga jadi ban serep....diingat dan didatangi orang hanya kalau sedang dibutuhkan.

Tapi, setelah kurenungkan lagi...akupun sering memperlakukan Tuhan sebagai ban serep. Saat aku merasa baik-baik saja, aku menyimpanNya baik-baik. Aku asyik bermain-main dengan kehidupanku, asyik berkelana dalam jalanku.



Saat kerikil mulai terlihat di sana-sini, saat duri tajam mulai menusuk, saat hujan badai menghempas, saat aku merasa lelah dan tak punya harapan, baru kutengok Dia di lemari penyimpananku. Baru aku datang kepadaNya dengan cucuran air mata.

Sekarang aku malu pada diriku sendiri...

Please forgive me, Lord...


Thursday, July 29, 2010

What does football teach me (part 2)

Akhirnya selesai sudah perhelatan sepakbola paling akbar, World Cup (WC) 2010. Tak ada lagi yang begadang karena bela-belain nonton bola dan kantor-kantor pun pasti senang karena para pegawainya sudah bisa bekerja dengan mata melek 100%.


Aku, salah satu dari miliaran manusia di dunia yang larut dalam hingar-bingar WC. Sejak SMP, aku memang doyan nonton sepakbola. Tapi yah, seiring berjalannya usia (haiyaaaah!), kemampuan begadang pun makin menurun. Akhirnya aku hanya melahap event-event khusus (Euro Cup atau World Cup).


Tahun-tahun sebelumnya, aku cinta mati pada Gli Azurri. Tapi di WC 2010 kali ini aku punya tim favorit baru, here they are:


   
                                                                       GERMANY!!!


Sayang sekali langkah mereka harus terhenti di semifinal, kalah dari Sang Juara Dunia, Spanyol. Yaah, tak apalah, untuk ukuran tim yang isinya pemain muda dan tak berpengalaman, prestasi juara tiga sudah cukup untuk saat ini. Daaan lagiii, Thomas Mueller dianugerahi Golden Shoe, sekaligus Best Young Player. SENAAANG hehehe....


Sebulan mengikuti pertandingan demi pertandingan (nggak semua siiih, tapi Jerman tanding wajib nonton!!), menggugahku untuk melihat sisi lain dari sepakbola. Seperti yang kutulis di posting sebelumnya, nonton sepakbola nggak hanya nonton 22 orang yang berjibaku di lapangan hijau berebut satu bola, tapi juga menyaksikan salah satu pelajaran hidup yang paling berharga.


Pertandingan sepakbola hanya berlangsung 90 menit, kalaupun masih seri ada perpanjangan 2x15 menit. Kalau masih seri lagi, selesaikan dengan adu penalti. Hasilnya, ada tim yang menang, dan ada yang kalah. Ada yang melaju ke babak selanjutnya, ada yang harus pulang lebih cepat. Menang atau kalah, tergantung siapa yang lebih produktif menyarangkan gol ke gawang lawan selama pertandingan. Begitu wasit meniup peluit, semua selesai. Waktu tak akan kembali lagi, dan hasil pertandingan tak bisa direvisi. Bagi tim yang kalah, yang tersisa hanyalah penyesalan dan beribu kata, "seandainya".


Bisa kubayangkan penyesalan Frank Lampard akan keputusan Wasit Jorge Larrionda yang menganulir golnya ke gawang Jerman di partai perdelapan final. "Seandainya gol tadi sah," pasti kalimat itu berkali-kali melintas di kepala  Lampard. Meskipun akhirnya Larrionda dipulangkan dari WC 2010 oleh FIFA, hukuman itu tidak bisa mengubah hasil pertandingan di lapangan. Sejuta kata 'andai' pasti juga melanda Asamoah Gyan yang gagal mengeksekusi penalti ke gawang Uruguay. Penyesalan jugalah yang tergambar di wajah Wesley Sneijder saat pertandingan Belanda vs Spanyol berakhir, dan pemenangnya sudah jelas.

Sejuta penyesalan, beribu kata 'andai' tak akan pernah cukup untuk mengubah apa yang sudah terjadi. Aku jadi mengingat-ingat, berapa kali aku menyesali apa yang sudah terjadi. Berapa kali aku berkata, "Kalau saja waktu itu..." Tapi berapa kalipun aku menyesal, toh hasilnya sama. Kenyataan tak bisa diubah. Belajar dari pertandingan sepakbola, lakukan yang terbaik dan jangan sia-siakan kesempatan selagi waktu itu masih ada. Selagi peluit belum dibunyikan, dan selagi kita masih mampu melakukan sesuatu.

Bicara tentang sepakbola pasti bicara tentang tim. Karena nggak mungkin kan sepakbola cuma dimainkan oleh kiper saja, striker saja, atau defender saja. So, sehebat-hebatnya skill individu pemain, nggak akan ada artinya tanpa kerjasama tim yang solid. Lihat saja nama-nama besar seperti Christiano Ronaldo atau Lionel Messi yang belum berhasil membawa timnya menuju kemenangan.



                                                                    The Winning TEAM

Teringat juga olehku ketika Miroslav Klose tidak diturunkan di laga terakhir Jerman saat perebutan tempat ketiga. Bayangkan, saat itu Klose masih punya peluang untuk menambah gol dan meraih Golden Shoe untuk kali kedua. Selain itu, dia juga masih punya peluang untuk menyamai rekor Ronaldo yang mencetak 15 gol selama WC. Saat itu Klose sudah membukukan total 14 gol di WC. Apa daya, impiannya kandas saat pelatih tim Jerman, Joachim Loew tidak menurunkannya saat Jerman melawan Uruguay karena Klose tidak dalam kondisi fisik yang prima.

Kalau jadi Klose, aku pasti sedih sekali. Empat tahun lagi, Klose tidak akan bisa bermain lagi di WC karena usia. WC kali ini adalah kesempatan terakhirnya untuk mengukir prestasi dan mencatatkan namanya dalam sejarah. Tapi kesempatan emas itu hilang karena pelatih tentu lebih memilih keselamatan tim daripada kepentingan seorang pemain. Suka atau tidak suka Klose harus lebih mendahulukan kepentingan tim, bahkan negara di atas ambisi pribadinya. So, forget the indidual glory! Kapan terakhir kali kita memikirkan kepentingan bersama lebih dari kepentingan pribadi kita?

The last thing i want to share is about perfectness. Betapa seringnya kita menuntut diri untuk sempurna, atau merasa diri sempurna. WC 2010 memperlihatkan contoh nyata, there's no perfect team in the world. Argentina, salah satu tim yang diunggulkan, harus menerima kenyataan pahit ketika dibombardir Jerman dengan skor 4-0. Jerman sendiri, meski menjadi tim pencetak gol terbanyak (16 gol), menelan dua kali kekalahan. Yang terparah waktu melawan Spanyol, mereka dibuat tak berkutik oleh sang juara. Belanda si runner up, yang hanya menelan sekali kekalahan, toh membukukan 24 kartu kuning sepanjang WC 2010!  Sementara Spanyol, meski akhirnya menjadi juara dunia, pernah menelan sekali kekalahan tak terduga dari tim Swiss. Dua kemenangan terakhirnya (lawan Jerman dan Belanda) diperoleh dengan perjuangan yang tidak mudah. See? Tak ada tim yang sempurna. Begitupun manusia, tak ada yang sempurna. Seseorang bisa punya kelebihan di satu sisi, tapi ada banyak kelemahan di sisi yang lain. Never try to be the best, but try to do our best!

Hahahha...aku baru sadar, tulisan ini belum kuposting sejak tanggal 12 Juli lalu (sehari sesudah World Cup berakhir). Yah, kuharap isinya tidak terlalu kadaluarsa...meskipun momennya sudah hampir hilang. Maafkan saya yang lalai ini hehehe...



Tuesday, June 15, 2010

Kapan-kapan?



Kemarin, seorang cowok mendekatiku, dan menatapku dengan mata polosnya. Sebuah kalimat meluncur dari bibir mungilnya, "Tante Desi kapan menikah?"


Hahahahaha....bayangkan!! Saya benar-benar kaget mendengar pertanyaan itu. Apalagi, anak inilah yang bertanya padaku:



Jadi, kapan Tante Desi?? Hihihihi....



Sunday, June 13, 2010

What does football teach me


Senangnya, sudah Piala Dunia lagi :)

Setidaknya ada hiburan di tengah-tengah aktivitas yang (cukup) melelahkan hehehe...

Anyway, dari beberapa pertandingan yang sudah berjalan, kupikir sepakbola tak hanya menyuguhkan keindahan permainan individu, kekompakan tim, dan gol-gol spektakuler. Buatku, sepakbola juga mengajarkan refleksi kehidupan.


Every second counts

Kita sering sekali meremehkan waktu. 15 menit, 30 menit, bahkan 1 jam...sering kita buang sia-sia untuk hal-hal yang kurang berguna. Bagi kita, terlambat 15 menit, bukan masalah besar. Dalam pertandingan sepakbola, setiap menit, bahkan setiap detik begitu berharga! Setiap detik adalah peluang untuk mencetak gol. Kesebelasan yang sudah unggulpun, nggak akan berleha-leha, karena setiap detik bisa membalikkan keadaan. Sekali lengah, impian kemenangan bisa buyar.

There are concequences for everything

Setiap pelanggaran atau kesalahan ada konsekuensinya. Kartu kuning, kartu merah, tendangan bebas, tendangan pinalti. Dan yang unik dari sepakbola, pelanggaran atau kesalahan satu orang bisa menghancurkan satu tim! Contohnya blunder yang dibuat kiper Inggris di pertandingan lawan USA kemarin. Kecerobohan seseorang bisa membuat nilai 3 melayang jadi 1 karena hasil seri. Sebaliknya, kegemilangan seorang individu adalah keberhasilan satu tim. What a beautiful game!

Betapa seringnya kita melakukan kesalahan dan pelanggaran dalam hidup. Tapi betapa jarangnya kita menyadari konsekuensi dari kesalahan-kesalahan yang kita buat. Lebih parah lagi, kita sering meremehkan kesalahan yang sudah kita lakukan. "Ah, gitu aja kok!"

Submission to the authority

Sebuah tim beranggotakan 11 orang yang individunya punya gaya bermain, skill, dan kehebatan masing-masing. Tapi sepakbola bukan hanya ajang pamer skill individu. Sepakbola juga nggak hanya bergantung pada kekompakan tim. Sepakbola juga bicara tentang ketundukan 11 orang pemain pada seorang pelatih yang menjadi arsitek tim. Tanpa seorang pelatih, 11 pemain akan seperti anak ayam yang kehilangan induknya.

Bagaimanapun hebatnya seorang pemain, dia harus hormat, tunduk, taat, dan percaya pada pelatihnya. Keputusan menurunkan seorang pemain berada di tangan sang pelatih. Apapun keputusannya, tak ada seorangpun yang bisa menentang. Kalau dalam sepakbola, seseorang bisa belajar tunduk pada otoritas, bagaimana dalam hidup kita sehari-hari?

Selamat menikmati World Cup 2010!

It's not just a game, but it's teaching us lessons of life!



 

Wednesday, May 26, 2010

I wish!!


I wish I could have:



A REAL VACATION






tanpa tugas kuliah!!



tanpa mikir kerjaan kantor!!



tanpa ingat masalah-masalah.....





Saturday, May 8, 2010

Lelah, tapi bersyukur


Sebulan terakhir benar-benar masa yang berat untukku. Otak, tenaga, dan hatiku benar-benar dikuras habis-habisan. Masalah di kantor yang tiada habisnya, tugas-tugas kuliah yang terus mengalir, persoalan pribadi yang datang dan pergi. Semuanya menghajarku bertubi-tubi.


Ada masa-masa ketika aku benar-benar putus asa. Otak serasa buntu dan tak bisa dipaksa berpikir lagi. Tubuh terlalu lemah untuk diajak bertahan. Hati lelah karena teriris terus. Pada masa-masa seperti itu, aku benar-benar tak mampu berbuat apa-apa...Aku hanya bisa menangis dan berteriak pada Tuhan. "Aku nggak sanggup lagi Tuhan....tolong aku!" Sering aku bertanya, "Tuhan, kenapa harus seperti ini?"


Sekarang kusadari, Tuhan memang sengaja melumpuhkan aku, supaya aku mengerti, apa itu kasih karunia. Supaya aku ingat, siapa aku sebenarnya. Supaya aku berhenti menjadi sombong. Supaya aku tak hanya mengandalkan diriku sendiri. Otakku, yang selama ini kuat mencerna materi-materi ilmu sosial, mati tak berkutik saat belajar untuk ujian Teori-teori Sosial. Tulisan-tulisan yang aku baca tampak kabur di mataku. Badanku yang biasanya bisa bertahan di tengah badai, lunglai tak berdaya setelah diforsir event-event kantor.


Aku kehabisan tenaga. Mulutku meneriakkan kata 'lelah', tapi di depanku masih ada setumpuk tugas yang menyeretku untuk berjalan. Aku melangkah terseok-seok, jatuh dan bangun di sana-sini. Tapi itulah caraNya untuk membuatku diam dan menengadah padaNya. Untuk mengakui keterbatasanku dan berserah total kepadaNya. Dia membuatku sadar, aku bukan wonderwoman, aku bukan orang hebat. Sebaliknya, tak ada satupun yang bisa kulakukan tanpaNya.


Tetapi jawab Tuhan kepadaku:

"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu,

sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna."

II Kor 12:9



Thursday, April 15, 2010

Tetap semangat!!

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, bulan-bulan di awal tahun ini terasa berlalu begitu cepat. Padahal biasanya, bulan Januari sampai Juli berjalan merambat. Hari-hari baru terasa singkat ketika memasuki bulan September. Tapi, bagiku kali ini waktu melayang begitu saja. Tak terasa, pertengahan April sudah terlewat. Paskah sudah berlalu. Rasanya baru kemarin aku masih sibuk dengan PRS mahasiswa, eh..kini mereka sudah dihadapkan pada UTS...phew...

Aku sadar, mungkin padatnya aktivitas membuatku merasa hari berganti begitu cepat. Di tahun ini, aku memulai kembali kehidupanku sebagai seorang mahasiswa. Pagi bekerja, malam kuliah. Pagi mengajar dan membimbing, malam diajar dan dibimbing. Dua kehidupan yang membutuhkan ekstra energi dan pikiran tentunya.

Sebetulnya, dulu waktu kuliah S1, aku juga sudah menikmati hidup kuliah sambil bekerja. Tapi, dulu kerjaku beda. Aku hanya seorang part timer yang bebannya tidak berat. Sekarang? Aku tidak hanya bekerja, tapi juga punya tanggung jawab sebagai seorang pemimpin (yang kurasa sampai sekarang aku belum bisa melakukannya dengan maksimal).

Tiga hari dalam seminggu, aku harus beredar di dua kampus. Kampus tempat aku bekerja, dan kampus tempat aku kuliah. Tenaga dan otak harus bertahan sampai pukul 21.00. Belum terhitung tugas yang harus dibawa pulang.

Tapi yang pasti, aku sangat bersyukur. Bisa menikmati sekolah, punya kesempatan bekerja. Sungguh luar biasa anugerah yang diberikan Tuhan padaku.

Sebenarnya geli juga merasakan jadi mahasiswa lagi. Menikmati 6 mata kuliah, total 16 sks. Dua mata kuliah sangat kusukai, dua yang lain harus kuikuti dengan seirus karena materinya penting bagi nusa dan bangsa ilmu komunikasi, sedang dua yang lainnya masih gelap sampai sekarang hihihi.....Asyiknya lagi, teman-teman kuliahku sangat menyenangkan. Sebagian besar sudah bekerja, jadi kami merasa senasib sepenanggungan!

Lelah boleh, tapi tetap semangat.

Stres pasti, tapi harus terus fokus.

BERJUANG!!!

Monday, March 29, 2010

Sunday, March 28, 2010

Happy (D-7) Easter ^^


There are things as we travel this earth's drifting sands

that transcend all the reason of man,

But the things that matter the most in this world,

they can't ever be held in our hands


Reffrain:

I believe in a hill called Mount Calvary
I believe whatever the cost

And when time has surrendered,
and earth is no more,
I'll still cling to that old rugged cross


I believe that The Christ who was slain in that cross,

has the power to change lives today

For He changed me completely,

a new life is mine

That is why by the cross I will stay


back to Reffrrain
Dua alasan kenapa aku sangat menyukai lagu ini:

1. Liriknya yang indah, dibalut dengan melodi yang sangat manis. Kata-katanya mengingatkan kita, bahwa pusat hidup orang Kristen adalah Kristus yang mati disalib untuk menebus kita yang berdosa. Melodinya mengalun lembut, sedikit bernuansa pop, tapi tetap syahdu.

2. Lagu inilah yang empat tahun lalu mempertemukan dua insan dalam satu pelayanan untuk pertama kalinya :)

Friday, March 19, 2010

Inilah realita kehidupan

Hari ini aku melihat,
seorang ayah berjuang demi putranya.
Bertaruh harga diri dan reputasi.

Hari ini aku melihat,
seorang guru yang mau menyelesaikan tanggungjawabnya.
Melanjutkan kesabaran dan dedikasi sampai garis finish.

Hari ini aku melihat,
seorang pemimpin yang menghadapi dilema.
Keputusan harus dibuat, meski itu simalakama.

Hari ini aku melihat,
seorang anak duduk santai.
Nikmat merokok.

-180310-


Bukan aku, tapi DIA




Kalau hari ini aku menangis,
itu tandanya Tuhan masih sayang padaku.

Kalau hari ini aku merasa tak berdaya,
itu tandanya Tuhan tunjukkan SIAPA yang berkuasa.

Kalau hari ini aku tertekan,
itu tandanya Tuhan sedang mengajarku.

Kalau hari ini aku kecewa pada sekelilingku,
itu tandanya Tuhan tetap setia.

Kalau hari ini rasanya tak ada jalan keluar,
itu tandanya Tuhan mendidikku untuk berpikir.

Kalau esok tetap tak ada jalan keluar,
itu tandanya Tuhan menyadarkanku,
ada rencanaNya yang lebih indah.

Kalau hari ini aku merasa sendiri,
itu tandanya Tuhan menarikku untuk mendekat.

Hari ini aku tahu,
semuanya bukan tentang aku, tapi tentang DIA.
-180310-



Monday, March 15, 2010

Ini laguku, kalau kamu?


Kupu-kupu yang lucu,

ke mana engkau terbang?

Hilir mudik mencari bunga-bunga yang kembang....


-----


Memandang alam dari atas bukit,

sejauh pandang kulepaskan.

Sungai tampak berliku,

sawah luas terbentang.

Bagai permadani di kaki langit.


-----


O Amelia, gadis cilik lincah nian

Tak pernah sedih riang slalu spanjang hari..


----


Aku rindu lagu-lagu itu.

Dulu waktu kecil aku sering menyanyikan lagu-lagu itu.


Kalau sekarang?

Hampir tak pernah lagi aku mendengar anak-anak melantunkannya.
Mereka sibuk menghafalkan dan menyanyikan lagu-lagu cinta yang tak jelas ujung pangkalnya.
:(


Thursday, March 4, 2010

Do you know that...







Monday, March 1, 2010

...and the rain (still) drops!


Beberapa hari ini, cuaca di Surabaya cukup unik.

Panas terik menyengat dari pagi hingga siang.

Menjelang sore (sekitar pukul 15.00), warna langit mulai berubah.

Cuaca cerah berganti kelabu. Awan mendung menggulung dan menyapu langit putih.

Tak lama kemudian gerimis mulai menitik. Tak jarang hujan disertai angin kencang langsung menyambut.


Perubahan cuaca yang drastis itu juga kualami kemarin sore.

Sepanjang hari cuaca sangat cerah, bahkan cenderung gerah.

Menjelang pukul tiga sore, cuaca mulai berubah.

Guntur mulai menggelegar dengan gagahnya. Dan, turunlah titik demi titik air hujan.

Aku terduduk lesu. Kupandangi diriku yang sudah rapi, siap berangkat ke gereja.

Kubayangkan diriku harus menerjang derasnya hujan. Dengan sepeda motor, tentu satu-satunya perlindungan hanyalah jas hujan *yang masih bisa ditembus oleh hempasan angin*.


Aku mulai berdoa, "Tuhan, tolong buat hujannya reda..."

Dan, hujan masih terus menetes.

Aku berdoa lagi, "Tuhan, tolong supaya hujannya reda..."

Angin masih menderu di luar sana.

Aku kembali berdoa, disertai sedikit protes, "Tuhan, tolonglah...aku kan mau ke gereja."

Tapi air hujan masih terus membasahi bumi dan guntur masih bertalu-talu.


"Tuhan, kenapa hujan turun sekarang? Seandainya turun tadi pagi atau tadi siang kan lebih baik.

Kenapa justru hujan saat aku mau ke gereja? Perjalananku bakal sulit kalau hujan...

Ayolah Tuhan, buat hujannya reda ya...Aku toh mau ke gereja, bukan ke mall atau jalan-jalan."


Lama aku berkutat dengan 'permohonanku' itu. Berharap ada keajaiban, berharap Tuhan iba terhadapku, dan mengabulkan 'rayuanku'.


Tapi hujan terus turun, bahkan semakin deras.

Aku menghela nafas...Ok, doaku sama sekali tak mempan!

Kembali aku merenung....sekaligus tertegun!


Beginilah aku, beginilah manusia.

Saat meminta, selalu ingin dikabulkan.

Bahkan, aku sering merasa lebih pintar dari Tuhan, sering mengajari Tuhan.

"Tuhan, aku minta ini ya...ini yang paling baik untukku."

"Tidak Tuhan, jangan yang itu, yang begini yang lebih baik."

Lalu saat permintaan-permintaan itu tak terkabul, aku sedih, aku kecewa.


Padahal, siapa aku, sehingga aku berani merasa lebih pintar dari Tuhan?

Siapa aku, sehingga aku menuntut Tuhan untuk selalu menuruti permintaanku?

Siapa aku, sehingga aku merasa paling tahu apa yang terbaik untukku?

Siapa aku, sehingga aku merasa berhak memprotes Tuhan?


Bukankah Dia Allah yang berdaulat atas alam semesta?

Bukankah Dia Allah yang rencanaNya sudah ada sejak kekal sampai kekal?


Kalau kita menonton sebuah film, kita berhak memprotes jalan ceritanya.

Kita berhak mengkritik endingnya yang menurut kita kurang bagus.

Film digarap oleh manusia. Skripnya ditulis oleh manusia.

Manusia yang terbatas, yang punya banyak kekurangan.

Manusia yang punya banyak motivasi saat membuat sebuah film.


Tapi kalau skenario hidup kita?

Hidup kita tidak dirancang oleh seorang manusia biasa yang terbatas dan penuh kelemahan.

Hidup kita dirancang dan diatur oleh Sutradara Agung yang sempurna!

Hidup kita tidak dirancang dengan plan A, plan B, plan C, dan bisa diubah sewaktu-waktu tergantung sikon.

Hidup kita sudah ditetapkan oleh kedaulatan Tuhan, jauh sebelum kita dilahirkan, bahkan jauh sebelum dunia ini dibentuk.


Jadi, apakah kita berhak protes?

Apakah kita berhak mengatur Tuhan?

Apakah kita berhak menuntut Tuhan mengubah rencanaNya demi keegoisan kita?

SAMA SEKALI TIDAK.


Aku percaya, Tuhan sengaja merancang hidup manusia penuh dengan dinamika.

Ada saatnya cuaca begitu cerah.

Ada saatnya mendung kelabu.

Ada saatnya angin berhembus sepoi-sepoi, sejuk dan nyaman.

Ada saatnya badai dan angin ribut menerpa.

Yang pasti, hidup sudah dirancang sesuai dengan skenarioNya, bukan keinginan kita.


Ada saatnya badai reda, tapi ada saatnya hujan terus menetes.

RencanaNya tidak bergantung pada permintaan kita.

KehendakNya tidak bergantung pada rengekan kita.

Tapi satu hal yang pasti, Dia merancangkan semuanya untuk kebaikan.

Entah di saat badai atau cerah, di saat sejuk atau hujan, Dia adalah Allah yang setia dan adil.



Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN,

yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,

untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

-Yer 29:11-



Tuesday, February 23, 2010

4 years togetherness

Today is our 4th anniversary :)


laporan 4th: anton tetap kurus, nita tambah ndut hahaha...

Dan kami merayakannya dengan rasa nyeri di sekujur tubuh akibat kecelakaan kemarin hehehe...(yup, kemarin kami ndlosor dengan sukses akibat mencium sebuah mobil kijang yang ngerem mendadak). So, anniversary kami tahun ini memang extraordinary! Dalam sebulan ini, kami dua kali mengalami special occasion. Yang pertama, awal bulan ini Anton masuk RS karena DB. Then, accident yang kemarin itu. Tapi thank God, kami justru merasa Tuhan mengajar kami banyak hal lewat peristiwa-peristiwa yang mungkin menurut banyak orang dianggap peristiwa buruk.

Empat tahun, mungkin usia yang cukup lama untuk masa pacaran (meski tidak sedikit teman yang pacarannya lebih lama dari kami hehehe...). Sudah banyak juga komentar atau pertanyaan di sana-sini, "Kapan undangannya?"

Well, tenang sajalah..undangan itu tidak akan datang dalam waktu dekat (jadi kalian masih bisa mengumpulkan lebih banyak angpao untuk kami). Masih banyak hal yang harus kami selesaikan sebelum masuk ke jenjang yang lebih jauh lagi. Mengutip kalimat Pdt. DR. Stephen Tong, "Lebih baik terlambat menikah, daripada salah menikah." Hohoho...jadi kami nggak terburu-buru, meski usia sudah menjelang kepala tiga (ups, buka rahasia!!).

Berpacaran empat tahun, membuat kami benar-benar sadar bahwa masa pacaran bukan hanya masa senang-senang. Malah, dalam bulan-bulan terakhir ini kami justru lebih banyak mencicipi pahit getirnya (cieee bahasanya) sebuah hubungan yang serius.

Sudah empat tahun, bukan berarti tidak pernah bertengkar.
Sudah empat tahun, bukan berarti tidak perlu penyesuaian lagi.
Sudah empat tahun, bukan berarti tak ada masalah lagi.
Sudah empat tahun, malah masalahnya semakin besar dan sulit.

Kami terus belajar: pacaran nggak hanya butuh cinta, tapi komitmen.
Kami terus belajar: pacaran nggak hanya penuh tawa, tapi juga air mata.
Kami terus belajar: menyayangi seseorang membutuhkan banyak pengorbanan.
Kami terus belajar: banyak kesulitan tidak melemahkan, tapi justru memperkuat kami.

Dua tahun ini, target kami cukup besar.
Menyelesaikan S2...
Mempersiapkan 'next step' secara mental maupun finansial (kami bertekad untuk tidak menggantungkan diri pada ortu a.k.a mandiri).

Berat? Pasti!
Sukar? Jelas!
Ngeri? Hahaha...Iya!
Putus asa? Tentu tidak!

Karena kami tahu, dengan SIAPA kami berjalan. Dia yang sudah menyertai kami selama empat tahun ini, akan terus menuntun kami sesuai dengan rencanaNya yang terindah :)

Happy 4th anniversary, Anton Hendrik!
Thanks for being my partner, my beloved, my brother, and my friend (sometimes, my rival hehehe...)
Thank God for giving us a wonderful relationship!
I luv u!


Thursday, February 18, 2010

Hanya lelah


Aku lelah!

Bolehkah aku mengatakannya?

Oh, tidak, tidak!

Aku tidak sedang merengek..

Aku hanya sedang lelah.

Aku lelah dituntut, meski kalian memang berhak menuntutku.

Aku lelah diprotes, meski aku berusaha lakukan yang terbaik.

Aku lelah dituduh, meski kalian merasa layak menuduhku.

Aku lelah tersenyum...

Aku lelah tertawa...

Aku lelah menjawab...

Aku hanya lelah...

Pernahkah kau membawaku dalam doamu?

Pernahkah kau peduli padaku?

Pernahkah kau mengkhawatirkanku?

Pernahkah kau membayangkan jika kau berada di tempatku?

Pernahkah kau menyadari bahwa aku juga seorang manusia biasa?

Tahukah kau betapa aku menyayangimu, meski kau sering berpikir buruk tentangku?

Oooooh, apakah kau sayang padaku?

Aaaah, mungkin aku terlalu lelah...

Semoga esok kutemukan sedikit energi, untuk menghapus rasa lelahku...

Sehingga aku bisa tersenyum lagi padamu...

Bisa tertawa dan menjawab semua tanyamu...

*17022010, 9.30 pm*


Thursday, February 11, 2010

Uneg-uneg terpendam

Sudah lama aku ingin mengeluarkan uneg-unegku tentang masalah ini. Tentang sebuah lembaga pendidikan berlabel Kristen, berisi orang-orang dengan agama Kristen, tapi di dalamnya sungguh tidak mencerminkan kekristenan sama sekali! -Tidak, tidak...aku tidak sedang membicarakan institusi tempat aku bekerja (meskipun aku bekerja di lembaga Kristen juga). Aku sedang meluapkan kekesalanku tentang sebuah instistusi Kristen lain yang aku kenal- Penuh tipu muslihat, sangat tidak manusiawi, dan penuh dengan orang-orang yang berlagak pandai, tapi sebetulnya tidak!!

Oooh...memang sudah lama (atau bahkan belum pernah) menulis uneg-uneg sekeras ini. Tapi kali ini memang sudah di luar batas kesabaranku.

Institusi ini ya...sama sekali tidak keberatan (bahkan menyuruh) pegawainya untuk melakukan rekayasa data. Institusi ini selalu berusaha keras untuk menjalankan prinsip ekonomi (=memanfaatkan/mengeksploitasi stafnya semaksimal mungkin dan mengeluarkan cost sekecil mungkin untuk mereka). Sungguh suatu ironi untuk sebuah lembaga besar yang terkenal dan punya misi mendidik siswanya dengan Christian value! Aku hanya berpikir, kalau internal mereka melakukan hal-hal yang bertentangan dengan Christian value, so how could they teach their students about Christian value?? -Ini juga salah satu bahan evaluasi pribadi: Do I have and do Christian value in my life before I teach about it to my students?-

Tidak hanya itu, perlakuan bos di institusi Kristen ini pada stafnya juga bisa dibilang jauh dari nilai-nilai Kristen. Si bos adalah orang yang sangat senang jika bisa menemukan kesalahan stafnya dan memberikan hukuman. Kalau ada masalah yang terjadi, hal pertama yang dicari adalah: "Siapa tersangkanya??", dan bukan solusi dan bagaimana mengantisipasi masalah tersebut di kemudian hari. Kalau yang bersalah sudah ketemu, langkah selanjutnya adalah memberinya hukuman. Jadi solusinya apa? Ya hukuman itulah solusinya, sehingga si staf jera dan tidak mengulangi lagi kesalahannya! Luar biasa kan?!

Aaaarrrgh...kalau dituliskan semua, bisa habis waktuku hanya untuk mengetik semua uneg-unegku. Jadi sebaiknya aku berhenti di sini saja. Yang jelas, aku ingin sekali berhadapan muka dengan para bos di institusi ini dan mengungkapkan tulisanku ini kepada mereka. Aku tidak terlalu peduli, bagaimana respon mereka. Concernku hanya untuk siswa-siswa mereka...bagaimanakah nasib mereka jika dididik dalam institusi yang dikelola orang-orang seperti itu?


Friday, January 15, 2010

Lessons I Learnt (Part 2)

Every promise we can make,

every prayer and step of faith


Every diff'rence we will make

is only by His grace

Every mountain we will climb, every ray of hope we shine


Every blessing left behind is only by His grace



Beberapa lalu aku sempat merenung, menyempatkan diri untuk berdiam diri. Perlahan ingatanku melayang ke masa lalu: seperti apa aku dulu; apa saja yang sudah aku capai, dan apa yang gagal aku lakukan; apa yang membuatku bahagia, apa yang membuatku sedih...


Setelah menoleh ke belakang, akhirnya aku sampai pada satu titik yang sebetulnya tak pernah berubah: aku menyadari bahwa seluruh hidupku adalah ANUGERAH. Segala hal yang terjadi dalam hidupku -buruk atau baik- adalah ANUGERAH. Tak ada satupun titik dalam perjalanan hidupku yang bisa terjadi tanpa Tuhan. Bukan karena aku mampu, bukan karena aku hebat. Aku punya segudang kelemahan, segudang keburukan, dan segudang kejelekan. Sampai saat inipun aku bukan manusia sempurna, tapi aku bersyukur karena semua hal dalam hidupku adalah rancangan Tuhan yang indah dan luar biasa.


Grace alone which God supplies


Strength unknown He will provide


Christ in us, our Cornerstone


We will go forth in grace alone