Tuesday, February 23, 2010

4 years togetherness

Today is our 4th anniversary :)


laporan 4th: anton tetap kurus, nita tambah ndut hahaha...

Dan kami merayakannya dengan rasa nyeri di sekujur tubuh akibat kecelakaan kemarin hehehe...(yup, kemarin kami ndlosor dengan sukses akibat mencium sebuah mobil kijang yang ngerem mendadak). So, anniversary kami tahun ini memang extraordinary! Dalam sebulan ini, kami dua kali mengalami special occasion. Yang pertama, awal bulan ini Anton masuk RS karena DB. Then, accident yang kemarin itu. Tapi thank God, kami justru merasa Tuhan mengajar kami banyak hal lewat peristiwa-peristiwa yang mungkin menurut banyak orang dianggap peristiwa buruk.

Empat tahun, mungkin usia yang cukup lama untuk masa pacaran (meski tidak sedikit teman yang pacarannya lebih lama dari kami hehehe...). Sudah banyak juga komentar atau pertanyaan di sana-sini, "Kapan undangannya?"

Well, tenang sajalah..undangan itu tidak akan datang dalam waktu dekat (jadi kalian masih bisa mengumpulkan lebih banyak angpao untuk kami). Masih banyak hal yang harus kami selesaikan sebelum masuk ke jenjang yang lebih jauh lagi. Mengutip kalimat Pdt. DR. Stephen Tong, "Lebih baik terlambat menikah, daripada salah menikah." Hohoho...jadi kami nggak terburu-buru, meski usia sudah menjelang kepala tiga (ups, buka rahasia!!).

Berpacaran empat tahun, membuat kami benar-benar sadar bahwa masa pacaran bukan hanya masa senang-senang. Malah, dalam bulan-bulan terakhir ini kami justru lebih banyak mencicipi pahit getirnya (cieee bahasanya) sebuah hubungan yang serius.

Sudah empat tahun, bukan berarti tidak pernah bertengkar.
Sudah empat tahun, bukan berarti tidak perlu penyesuaian lagi.
Sudah empat tahun, bukan berarti tak ada masalah lagi.
Sudah empat tahun, malah masalahnya semakin besar dan sulit.

Kami terus belajar: pacaran nggak hanya butuh cinta, tapi komitmen.
Kami terus belajar: pacaran nggak hanya penuh tawa, tapi juga air mata.
Kami terus belajar: menyayangi seseorang membutuhkan banyak pengorbanan.
Kami terus belajar: banyak kesulitan tidak melemahkan, tapi justru memperkuat kami.

Dua tahun ini, target kami cukup besar.
Menyelesaikan S2...
Mempersiapkan 'next step' secara mental maupun finansial (kami bertekad untuk tidak menggantungkan diri pada ortu a.k.a mandiri).

Berat? Pasti!
Sukar? Jelas!
Ngeri? Hahaha...Iya!
Putus asa? Tentu tidak!

Karena kami tahu, dengan SIAPA kami berjalan. Dia yang sudah menyertai kami selama empat tahun ini, akan terus menuntun kami sesuai dengan rencanaNya yang terindah :)

Happy 4th anniversary, Anton Hendrik!
Thanks for being my partner, my beloved, my brother, and my friend (sometimes, my rival hehehe...)
Thank God for giving us a wonderful relationship!
I luv u!


Thursday, February 18, 2010

Hanya lelah


Aku lelah!

Bolehkah aku mengatakannya?

Oh, tidak, tidak!

Aku tidak sedang merengek..

Aku hanya sedang lelah.

Aku lelah dituntut, meski kalian memang berhak menuntutku.

Aku lelah diprotes, meski aku berusaha lakukan yang terbaik.

Aku lelah dituduh, meski kalian merasa layak menuduhku.

Aku lelah tersenyum...

Aku lelah tertawa...

Aku lelah menjawab...

Aku hanya lelah...

Pernahkah kau membawaku dalam doamu?

Pernahkah kau peduli padaku?

Pernahkah kau mengkhawatirkanku?

Pernahkah kau membayangkan jika kau berada di tempatku?

Pernahkah kau menyadari bahwa aku juga seorang manusia biasa?

Tahukah kau betapa aku menyayangimu, meski kau sering berpikir buruk tentangku?

Oooooh, apakah kau sayang padaku?

Aaaah, mungkin aku terlalu lelah...

Semoga esok kutemukan sedikit energi, untuk menghapus rasa lelahku...

Sehingga aku bisa tersenyum lagi padamu...

Bisa tertawa dan menjawab semua tanyamu...

*17022010, 9.30 pm*


Thursday, February 11, 2010

Uneg-uneg terpendam

Sudah lama aku ingin mengeluarkan uneg-unegku tentang masalah ini. Tentang sebuah lembaga pendidikan berlabel Kristen, berisi orang-orang dengan agama Kristen, tapi di dalamnya sungguh tidak mencerminkan kekristenan sama sekali! -Tidak, tidak...aku tidak sedang membicarakan institusi tempat aku bekerja (meskipun aku bekerja di lembaga Kristen juga). Aku sedang meluapkan kekesalanku tentang sebuah instistusi Kristen lain yang aku kenal- Penuh tipu muslihat, sangat tidak manusiawi, dan penuh dengan orang-orang yang berlagak pandai, tapi sebetulnya tidak!!

Oooh...memang sudah lama (atau bahkan belum pernah) menulis uneg-uneg sekeras ini. Tapi kali ini memang sudah di luar batas kesabaranku.

Institusi ini ya...sama sekali tidak keberatan (bahkan menyuruh) pegawainya untuk melakukan rekayasa data. Institusi ini selalu berusaha keras untuk menjalankan prinsip ekonomi (=memanfaatkan/mengeksploitasi stafnya semaksimal mungkin dan mengeluarkan cost sekecil mungkin untuk mereka). Sungguh suatu ironi untuk sebuah lembaga besar yang terkenal dan punya misi mendidik siswanya dengan Christian value! Aku hanya berpikir, kalau internal mereka melakukan hal-hal yang bertentangan dengan Christian value, so how could they teach their students about Christian value?? -Ini juga salah satu bahan evaluasi pribadi: Do I have and do Christian value in my life before I teach about it to my students?-

Tidak hanya itu, perlakuan bos di institusi Kristen ini pada stafnya juga bisa dibilang jauh dari nilai-nilai Kristen. Si bos adalah orang yang sangat senang jika bisa menemukan kesalahan stafnya dan memberikan hukuman. Kalau ada masalah yang terjadi, hal pertama yang dicari adalah: "Siapa tersangkanya??", dan bukan solusi dan bagaimana mengantisipasi masalah tersebut di kemudian hari. Kalau yang bersalah sudah ketemu, langkah selanjutnya adalah memberinya hukuman. Jadi solusinya apa? Ya hukuman itulah solusinya, sehingga si staf jera dan tidak mengulangi lagi kesalahannya! Luar biasa kan?!

Aaaarrrgh...kalau dituliskan semua, bisa habis waktuku hanya untuk mengetik semua uneg-unegku. Jadi sebaiknya aku berhenti di sini saja. Yang jelas, aku ingin sekali berhadapan muka dengan para bos di institusi ini dan mengungkapkan tulisanku ini kepada mereka. Aku tidak terlalu peduli, bagaimana respon mereka. Concernku hanya untuk siswa-siswa mereka...bagaimanakah nasib mereka jika dididik dalam institusi yang dikelola orang-orang seperti itu?