Sejak Februari 2007 lalu, aku ikut kuliah di
STRIS (Sekolah Theologi Reformed Injili Surabaya). Jangan bayangkan Nita sekolah Alkitab dan mau jadi pendeta. Bukan! Ini sekolah Theologi untuk orang awam. Jadi, siapapun (tidak mengenal batas usia, pekerjaan, asal gereja, dll), asal rindu untuk belajar lebih dalam tentang Firman Tuhan, silakan bergabung di sini. Sekolah ini tidak menjanjikan gelar apa-apa, tapi murid-muridnya pasti dapat berkat rohani yang jauh lebih berharga ketimbang gelar akademik! (ciee...promosi nih)
Sekarang ini aku masuk semester tiga ^^ Karena kesibukan dan lainnya (halah!), tiap semester aku cuman ambil satu mata kuliah hehe...Nggak apa-apa, biar sedikit, tapi lama-lama akan jadi bukit (halah lagi!)...
Nah, semester ini aku ambil mata kuliah Etika Kristen. Etika Kristen lebih banyak membahas masalah-masalah dilematis yang pasti banyak kita temui selama kita hidup. Awalnya, waktu mau ambil kuliah ini, aku berharap akan mendapatkan rumus-rumus pasti, primbon lengkap tentang mana yang boleh dan mana yang nggak boleh. Ternyata sampai menjelang akhir semester (tinggal tiga pertemuan lagi), tidak ada yang namanya rumus pasti dan primbon lengkap.
Sepanjang waktu kuliah yang lalu, sering ada diskusi dan perdebatan tentang contoh-contoh kasus yang diberikan. Pertanyaan kami (mahasiswa) selalu tentang: boleh atau nggak boleh? salah atau nggak? Tapi dosen (Pak Andi&Pak Gito) selalu mengarahkan pada: bagaimana proses pengambilan keputusan itu?
Dulu di awal pertemuan, Pak Gito menjelaskan bahwa Etika Kristen bukan etika situasi (tergantung ini dan itu). Tapi Etika Kristen adalah etika pergumulan. Awalnya aku bingung. Baru akhir-akhir ini aku mulai mengerti...apa maksudnya etika pergumulan. Menurut Pak Andi, Etika Kristen bicara tentang bagaimana kita memandang suatu masalah di dalam terang Firman Tuhan. Untuk bisa mengambil suatu keputusan, kita harus bergumul dengan Tuhan. Tentunya hubungan kita dengan Tuhan menentukan bagaimana proses pergumulan kita. Makin dekat kita dengan Tuhan, makin kita diarahkan Roh Kudus untuk semakin mendekati garis kehendak Tuhan (lama-lama bisa segaris). Intinya, apapun yang kita putuskan dan lakukan itu hanya untuk satu hal:
GLORIFY THE LORD!Ada banyak momen dalam beberapa bulan terakhir, ketika aku dihadapkan pada kondisi pengambilan keputusan. Dan, jujur saja, sejak ambil kelas Etika Kristen ini, aku butuh waktu lebih lama untuk memutuskan sesuatu. Termasuk dalam hal makan ^^
Kok?? Ya, Nita kan cukup terkenal karena kegembulannya. Pengennya makan enak terus, bahkan ketika sudah kenyang! Nah, minggu lalu aku sangat tertegur dengan sebuah ayat dari Roma 14:6b
Dan siapa makan, ia melakukannya untuk Tuhan, sebab ia mengucap syukur kepada Allah. Makanpun kita lakukan untuk Allah, bukan untuk perut. Bukan untuk memuaskan keinginan. Kita makan supaya ada energi untuk beraktivitas, untuk hidup, dan melalui hidup kita, kita memuliakan Tuhan. Jadi, makan bukan untuk senang-senang...hiks...agak berat memang (hehe...)..Sekarang, tiap mau beli makanan, aku selalu berpikir, ini untuk hidupku, atau untuk perutku??
Fuuuh....memang, semakin banyak belajar, semakin banyak pergumulan...dan hidup jadi terasa semakin kompleks...Hahaha...manusia memang maunya yang gampang-gampang!
Tapi aku sama sekali nggak menyesal, karena lewat proses yang kompleks inilah aku sedang dibentuk oleh Penciptaku ^^
Selamat bergumul!